Apa Isi Playlist Siswa Anda?
Oleh : Atik Khikmiyati, S.S.,S.Pd., M.Pd.
Sudah dua tahun ini saya melakukan sebuah
perubahan kecil ketika mengawali kelas. Sebenarnya ini adalah langkah lanjutan
dari kegelisahan saya sebagai seorang guru selama lima tahun terakhir. Sejak
lima tahun lalu, saya mulai merasakan sebuah gejala yang bisa jadi dirasakan
semua guru. Saya menyebutnya dengan istilah, Metasa.
Metasa, Mereka Tak Lagi Sama. Ada dunia
yang berjarak antara saya dan siswa saya. Bukan hanya lima bahkan mungkin
sepuluh tahun atau lebih. Nyatanya sudah lebih dari lima angkatan yang telah
saya luluskan. Itu bukan hanya angka, tetapi ada makna yang tentu sangat
beragam kita rasakan sebagai guru.
Misalnya ketika saya membawa dengan penuh
perasaan agar mampu menginspirasi ke kelas, novel Laskar Pelangi kepada siswa saya, sebagian besar mereka tidak lagi
membaca novel karya Andrea Hirata itu. Kalaupun membaca itu bukanlah novel yang
awam di kalangan mereka. Atau lebih sederhananya saya ajak mereka menikmati
alunan Letto yang mendayu-dayu untuk melatih diksi puisi. Generasi mereka sudah
bermain instrumen yang asal namun penuh lirik filosofis dengan lagu-lagu grup
band Hindia. Salah satu hit mereka "Evaluasi" memang begitu dekat
liriknya dengan dunia siswa saya ketika saya mencoba mendengarkannya.
Mereka
tidak lagi sama, mereka 10 dan mungkin lebih terakhir dibanding saya. Maka apa yang mereka dengar, apa yang mereka lihat, tidak lagi sama
dengan apa yang saya dengar dan saya baca.
Dari sini saya akhirnya memutuskan
mengawali kelas dengan sebuah perubahan. Saya mengajak anak-anak membuat catatan
kecil berisi jawaban atas tiga pertanyaan yang saya ajukan. Pertanyaan pertama
adalah sebutkan judul lagu yang mengingatkan Anda pada momen atau seseorang
yang spesial di hati Anda. Pertanyaan kedua, tuliskan judul film yang juga
mengingatkan Anda pada momen atau seseorang yang spesial bagi Anda. Dan yang
terakhir tuliskan judul buku yang juga mengingatkan pada momen atau seseorang
yang berkesan bagi Anda.
Jawaban itu kemudian ditulis di sebuah
kertas berukuran sticky note. Saya
minta mereka menggulungnya menjadi gulungan kecil. Ketua kelas menyiapkan
toples khusus untuk semua jawaban. Anda mungkin tidak menyangka bukan hanya
saat menulis jawaban, sebagian besar siswa begitu menikmati saat memasukkan
kertas gulungan jawaban mereka ke dalam toples. Seolah itu adalah
"permen" yang sangat berharga dan siap mereka buka setiap saat.
Momen membuka "permen" selalu
ditunggu anak-anak. Saat memulai jam pelajaran anak-anak akan selalu
mengingatkan saya untuk membuka dua atau tiga "permen" dulu. Setiap
orang akan membacakan jawaban mereka, menceritakan dan berbagi lagi momen-momen
yang menyertai jawaban mereka kepada seluruh kelas. Untuk menghargai momen yang
mereka bagi, kita akan memutar lagu yang mereka tuliskan.
Keluarga, persahabatan, dan momen bersama
orang-orang terdekat adalah selalu menjadi jawaban mereka ketika ditanya alasan
mengapa mereka memilih lagu, film, atau buku yang mereka pilih. film itu adalah
film pertama yang ditonton bersama lengkap satu keluarga atau itu adalah lagu
yang selalu terputar di mobil ayah mereka saat mereka diantar ke sekolah. Tak
sedikit juga siswa menuliskan alasan yang unik dan lucu. Lemon Tree adalah ringtone handphone ibu saya, atau setiap saya mau
tidur LIr ILir adalah lagu yang
selalu ayah saya nyanyikan sejak saya kecil, dan Lagu Indonesia Raya adalah lagu pertama yang kakek ajarkan pada
saya.
Pada saat tertentu saya juga terperanga
tak jarang harus bertanya dari mana mereka mendapat referensi lagu-lagu itu
ketika tidak sedikit juga siswa yang menuliskan lagu-lagu west dengan lirik yang begitu bebas untuk mereka dengarkan. Saya
sekuat hati dan kemampuan mencoba untuk hanya mendengar, berusaha masuk dan
sama sekali tidak menghakimi. Sudah saya niatkan memang ini adalah jembatan
bagi saya untuk lebih mendekatkan dunia saya dengan dunia mereka. Jadi, Ayah
Bunda, apakah Anda tahu apa isi playlist
putra putri Anda?
Penulis adalah guru yang telah mengabdi 10 tahun lebih di MAN Insan Cendekia Gorontalo